c_300_225_16777215_00_images_Dewi_Nur_medium_15-10-2019-10-05-17-6523.jpg

Samarinda (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) terus melakukan koordinasi dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), guna menjaga pergerakan inflasi agar daya beli masyarakat tetap terjangkau.

 

"Bulan Januari 2020 , setiap minggunya TPID Samarinda menggelar kios inflasi di beberapa pasar guna menjaga keterjangkauan harga pangan," kata Kepala Perwakilan BI Provinsi Kaltim Tutuk SH Cahyono di Samarinda, Selasa.

 

Kios inflasi tersebut merupakan program kolaborasi antara TPID Samarinda bersama Bulog Sub-Divre Samarinda serta Perusahaan Daerah Pergudangan Aneka Usah (PD PAU) dan pihaknya.

 

"Ke depan, program ini akan semakin dikuatkan sinerginya dengan program-program TPID baik di tingkat provinsi maupun dengan kabupaten/kota di seluruh Kaltim," ujarnya lagi.

 

Ia juga mengatakan bahwa inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) bulanan untuk Kaltim pada Januari 2020 tercatat 0,32 persen, lebih rendah ketimbang bulan sebelumnya yang sebesar 0,40 persen, bahkan lebih rendah ketimbang inflasi nasional yang sebesar 0,39 persen.

 

Secara tahunan, lanjutnya, inflasi Kaltim Januari 2020 sebesar 1,64 persen (yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi secara nasional yang mencapai 2,68 persen (yoy).

 

Ia melanjutkan, berdasarkan data BPS, inflasi sebesar itu berasal dari dua kota, yakni inflasi di Kota Samarinda tercatat 0,36 persen (mtm) atau 1,76 persen (yoy), sedangkan di Balikpapan mengalami inflasi 0,27 persen (mtm) atau 1,49 persen (yoy).

 

Berdasarkan kelompoknya, lanjut Tutuk, inflasi Kaltim bersumber dari kelompok makanan, minuman dan tembakau. Kelompok ini mengalami inflasi 1,42 persen (mtm).

 

“Meskipun Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan tahun baru serta libur sekolah telah usah, tetapi tekanan kelompok ini masih tinggi akibat naiknya sejumlah harga komoditas, seperti bawang dan cabai,” tuturnya.

 

Menurutnya, cuaca di sepanjang Januari 2020 yang cukup buruk, menyebabkan terlambatnya kedatangan sejumlah komoditi akibat gelombang. Tekanan inflasi juga datang dari kenaikan cukai rokok sebesar 23 persen dan harga jual eceran sebesar 35 persen.

 

Namun demikian, inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh normalisasi tarif angkutan udara, sehingga mengurangi tekanan kelompok transportasi dan konsumsi.

 

"Berakhirnya HBKN Natal, tahun baru, dan libur sekolah menjadikan permintaan angkutan udara menjadi normal. Beroperasinya kembali bandara di Samarinda paska penutupan sementara juga menambah pilihan penerbangan, sehingga mengurangi konsentrasi bandara di Balikpapan," ucap Tutuk. 

 

Pewarta : M.Ghofar
Editor: Rahmad
COPYRIGHT © ANTARA