c_300_225_16777215_00_images_Dewi_Nur_9bbde581964f975b3cfbe33347edc99b.jpg

 

SAMARINDA  - Pada tahun 2019, diperkirakan inflasi Kaltim tetap terjaga pada rentang 3,5±1% dengan tekanan inflasi masih bersumber dari kelompok bahan makanan dan angkutan udara.

Inflasi Kaltim tahun 2018 tercatat sebesar 3,24% (year of the year, yoy), lebih tinggi dibandingkan capaian tahun sebelumnya sebesar 3,14% (yoy) tetapi masih dalam rentang target 3,5±1%.

"Transportasi merupakan kelompok pengeluaran dengan inflasi tertinggi pada tahun 2018. Berdasarkan kelompok pengeluaran, bahan makan tercatat mengalami inflasi sebesar 3,22% (yoy) dan transportasi sebesar 4,29% (yoy)," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kaltim, Muhamad Nur, belum lama ini.

Muhamad Nur berharap pengendalian inflasi di tahun 2019 lebih intensif lagi daripada tahun 2018. Upaya pengendalian inflasi di tahun 2018 sudah sangat baik.

"Pemerintah Provinsi dan Kota sangat mendukung dan turun tangan mengendalikan inflasi 2018. Seperti kerjasama dengan pengusaha ternak ayam untuk kendalikan harga hingga bekerjasama dengan pemerintah daerah di Sulawesi yang memasok sayur ke Kaltim," kata Muhamad Nur.

Komoditas dengan andil tahunan terbesar dalam inflasi Kaltim 2018 tercatat adalah Tukang Bukan Mandor (0,25%), Bensin (0,20%), Tarif Pulsa Ponsel (0,17%), dan Daging Ayam Ras (0,16%).

Peningkatan inflasi bensin lebih disebabkan oleh penyesuaian harga bbm non subsidi dengan harga minyak dunia. Sedangkan, kenaikan tarif pulsa ponsel dilakukan oleh salah satu pemain utama di bisnis telekomunikasi untuk peningkatan kualitas layanan jaringan kepada masyarakat.

Kenaikan harga daging ayam ras pada tahun 2018 disebabkan oleh peningkatan harga DOC serta biaya pakan ternak.

Disamping itu, terdapat indikasi panjangnya rantai distribusi daging ayam ras sehingga harga yang diperoleh pembeli di Kaltim relatif lebih tinggi. Berdasarkan kota pembentuknya, kota Samarinda mengalami inflasi sebesar 3,32% (yoy) dan Balikpapan sebesar 3,13% (yoy). (mym)